Mufazzal
Pembina
dan Kepala Bidang Teori-Teori Politik
Forum
Intelektual Muda Kajian Politik
(FAMKAP)
ABSTRAK
Marx bukanlah seorang pemikir marxis semata, marx juga seorang pemikir
kapitalis yang ulung. Hal ini bisa di lihat dari awal karir marx dalam dunia
filsafat, banyak karya-karya Hegel yang sangat di kritis oleh marx sebelum
akhirnya marx berkalaborasi bersama anggel untuk mengembangkan sosialis menjadi
ilmu pengetahuan yang sempurna. Orang-orang yang meyakini pemikiran marx,
disebut marxis. Marx mengatakan bahwa sumber dari konflik ialah terjadinya
eksploitasi yang terus-menerus terhadap kaum proletar. Dalam pandangan Marxis,
komunis merupakan mode terakhir dari materialisme historis, dimana pada tahap
ini tidak ada lagi ekploitasi dari satu golongan atas golongan lain. Dalam
tahap ini seluruh golongan sama rata dan sama rasa.
I: PENDAHULUAN
Marxisme adalah teori yang di rancang untuk mempromosikan masyarakat
yang baik. Marxisme yakni bagian dari modernitas, teori ini memiliki keyakinan
modern bahwa masyarakat dapat di transpormasikan menjadi lebih baik, kemajuan
yang dapat di capai dalam organisasi sosial melalui penerapan pengetahuan
manusia. Masxisme bersandar pada
keyaninannya bahwa potensi pencapain dan
kebebasan individu terikat pada potensi bagi kemajuan dalam organisasi sosial,
yang berarti juga struktur masyarakat, inilah tujuan tujuan akhir dari pada
gagasan marx.
Menurut marx, potensi bagi perencanaan individu terkait dengan
aktivitas ekononomi atau produksi dari suatu masyarakat, khususnya kesempatan
untuk bebas dalam masyarakat modern, semua itu hanya mungkin apabila sistem
produksi berbasis kelas di hapuskan.
Yang menjadi pertanyaan besar ialah; mampukah kapitaslisme yang
menciptakan kelas itu di hancurkan? Maka untuk mengahancurkan paham
kapitalisme, yang di perlukan adalah keyakinan orang akan teori marxis,
menyadari bahwa kebebasan tergantung pada penghancuran kapitalisme. Ketika
mereka menyadari bahwa kuncinya ada disini, maka mereka akan mengambil tindakan
politik untuk menghapus kelas.
Ketika orang menyadari kebenaran teori marxis dan fakta nyata dari
kondisi sosial mereka. Kemudian, bersenjatakan kebenaran itu mereka akan
bertindak, mengubah masyarakat dan menjadi bebas (Jones: 2003).
II: PEMBAHASAN
Marx dan Materialisme Historis
Dalam teori marxis kegiatan manusia yang paling penting adalah kegiatan ekonomi, produksi unsur-unsur
materil. Menurut Marx masyarakat mengorganisasi produksi mereka adalah kunci
bagi memahami keseluruhan struktur sosial. Pandangan Marxis adalah bahwa
“produksi sarana subsistensi membentuk landasan yang di atasnya institusi
negara, konsepsi hukum, seni dan bahkan gagasan tentang agama, dari orang-orang
yang bersangkutan berevolusi (pidato Engels di pemakaman Marx, 17 maret 1883).
Bagi marx, struktur sosial tidak tercipta secara acak. Ia berpendapat
terdapat pola yang cukup pasti dalam hal cara masyarakat di berbagai tempat di
dunia, pada berbagai masa dalam sejarah mengorganisasi produksi benda-benda
materil. Teori tentang sejarah dan masyarakat kelak di sebut materialisme historis.
Pertama,
semua masyarakat yang ada kini atau ada sejak dahulu hingga kini
menunjukkan salah satu dari lima cara mengorganisir produksi. Cara-cara
memproduksi ini di sebut Marx sebagai mode
produksi. kelima mode ini adalah komunis
frimitip, kuno, feodal, kapitalis, dan komunis (dikutip dari Jones: 2003).
Kedua,
produksi benda materil berbasis kelas. Meskipun istilah “kelas” memiliki kegunaan yang berbeda di mana saja
dalam sosiologi.
Dalam sistem produksi yang berbasis kelas, barang-barang di produksi
dengan cara yang cukup pasti. Mayoritas orang tidak memiliki alat produksi
namun melakukan produksi untuk kepentingan minoritas yang memiliki alat
produksi. Dalam teori Marxis, ini menjadi ciri kunsi masyarakat non-komunis.
Produksi barang material selalu terjadi dengan melakukan eksploitasi tenaga
kerja mayoritas, yakni kelas yang tidak memilki sarana produksi oleh kelas
minoritas, yang memiliki sarana produksi dan tidak mengerjakan sendiri. Jadi hubungan
antar kelas adalh hubungan konflik.
Menurut Marx, sejarah masyrakat manusia adalah sejarah bermacam sistem
produktif yang berbasis ekploitasi kelas. Marx mengatakan bahwa kita tidak
dapat membagi sejarah masyarakat ke dalam episode
(epoch) atau masa, karena setiap masa itu didominasi oleh mode produksi
tertentu, dengan hubungan kelas khas sendiri.
Marx, mengatakan tidak semua masyarakat berevolusi dengan kecepatan
yang sama. Itulah sebabnya mengapa pada suatu masyarakat tertentu dalam sejarah
menunjukkan mode produksi yang berbeda-beda, sehingga masyarakat tersebut
berada pada tahap perkembangan sejarah yang berbeda-beda.
Setidaknya ada ada hal-hal mendasar yang membedakan mode produksi
komunis dan non-komunis:
Pertama. Semua mode non-komunis
mempunyai kesamaan produksi barang-barang dengan menerapkan dominasi dan
eksploitasi suatu kelas terhadap kelas yang lain.
Kedua, dalam setiap kasus adalah siapa
anggota setiap kelas tersebut.
Ketiga, setiap mode produksi non-komunis
memiliki kelas dominan, yang memiliki kekayaan, yang berbeda, demikian pula
kelas subordinat yang dieksploitasi, yang tidak memiliki kekayaan, yang berbeda
pula.
Keempat, setiap mode tumbuh untuk
menyebabkan kematian mode yang lain.
Secara garis
besar kelima mode di atas, dapat di golongkan atas tiga mode:
Mode Produksi Kuno
Bentuk tertua mode produksi adalah mode produksi kuno. Mode ini muncul
dari mode komunis primitif yang subsisten terutama karena perbaikan teknologi.
Hal ini kemudian mendorong produksi surplus, dan mendorong perbaikan pembagian
kerja yang lebih kompleks, lebih memungkan dari pada ekonomi subsisten.
Sehingga berakibat suatu kelas dominan yang bukan produsen dapat muncul.
Ciri utama dari mode ini ialah manusia dimiliki sebagai kekayaan oleh
sebagian orang yang lebih berkuasa, dengan kata lain, inilah mode produksi yang
berbasis perbudakan. Pada mode ini terdapat kelas dominan majikan dan kelas subordinat yaitu budak. Produksi terjadi dengan menggunakan tenaga manusia secara
paksa, karea mereka di miliki sebagai kekayaan oleh sebagian orang.
Mode Produksi Feodal
Setelah mode kuno menghilang akibat sukarnya negara mengontrol penduduk
yang tinggal jauh di bagian jajahan. Seiring hilangnya mode kuno, muncullah
mode feodal yang di dasarkan pada kemampuan para pejuang perang atau bangsawan
yang mengendalika wilayah-wilayah lokal yang kecil dengan kekuatan senjata
untuk menundukkan dan mengeploitasi tenaga kerja pertanian. Dalam feodalisme,
kelas dominan mengontrol tanah, dan
mereka kemudian di sebut tuan tanah.
Sedangkan kelas subordinat di sebut pelayan.
Produksi terjadi dengan menggunakan tenaga kerja orang-orang yang hanya
bekerja untuk tetap hidup semata. Karena tenaga kerja tidak memiliki tanah,
mereka hanya menyewa tanah untuk melakukan produksi, dan mereka diwajibkan untk
membayar sawah. Pembayaran ini kelak di sebut pajak atau upeti untuk
tuan tanah. Pola ini banyak terjadi di negara-negara monarki absolut, di mana
seluruh tanah milik raja, sehingga rakyat tidak memiliki hak milik tanah.
Setiap masyarakat yang ingin melakukan produksi harus membayar pajak untuk raja.
Mode Produksi Kapitalis
Pada mode ini marx membagi kedalam dua kelas yaitu tenaga kerja yang
tidak memiliki apa-apa yang kemudian marx menyebutnya dengan proletar dan kelas majikan yang memiliki
segalanya, yang oleh marx di sebut borjuis.
Pada masyarakat kapitalis, karakteristik kepemilikan di mana kaum
kapitalis menanamkan kekayaannya. Pada awal
permulaan kapitalis kepemilikan produktif terutama dalam bentuk tanah, dimana
kaum proletar bekerja dengan upah rendah mengolah tanah tersebut. Pada tahap kedua dari mode ini, munculnya investasi kapitalis pada
pabrik-pabrik dan mesin-mesin akibat dari produksi industrial, sedangkan kaum
proletar yang beruapah rendah tertinggal sebagai tenaga industri manual. Pada
fase inilah barulah kapitalisme
memperoleh bentuk yang khas yaitu kapitalisme industrial. Pada fase ketiga kepemilikan sarana produktif
hanya mengambil bentuk investasi modal simpanan (stock) dan saham (shares).
Pada fase ini proletar tidak lagi mengontrol secara aktual produksi itu sendiri
(yang bersekala kecil).
Peran Suprastruktur Sosial
Istilah suprastruktur menekankan cara di mana suprastruktur suatu
masyarakat di ciptakan oleh basisnya. Marx berpandangan bahwa aktivitas ekonomi
adalah arsitek yang merancang aspek-aspek lain kehidupan manusia. Marx menyebut
suprastrktur merujuk kepada kegiatan ekonomi, yakni basis dari semua aspek
dalam masyarakat itu.
Perubahan Sosial
Feodal ke Kapitalisme
Pada masyarakat feodal, pemilik tanah adalah kelas doninan, yang
memiliki sarana dominan untuk produksi. Pada masa itu suprastruktur mendukung
dominasi feodal dan gagasan yang mencerminkan kelas meraka adalah kelas
penguasa. Hubungan antara dunia materi dan dunia gagasan terus berlanjut hingga
perubahan ekonomi terjadi.
Ketika kapitalisme menggantikan feodalisme, gagasan suprastruktur harus
berubah pula sebagai konsekuensinya, untuk mendukung dan menjustifikasi tataran
ekonomi yang baru, sehingga kapitalis dapata bekerja dengan baik.
Menurut Marxis, ketika feodal berlangsung inovasi teknologi mulai
mengubah sifat-sifat dasar produksi, dari pertanian dengan menggunakan tenaga
kerja manusia menjadi pertanian yang mengguanakan mesin, dan akhirnya enjadi
produksi indutri. Ketika perubahan pertanian dan industri terjadi, maka kelas
kapitalispun muncul sebagai pemilik sarana produksi. Pada mode ini meski
kontrol engambilan keputusan telah beralih ketangan kapitalis, namun pengaruh
kuat tuan tanah mampu bertahan hingga saat ini.
Kapitalisme Ke Komunis
Marx juga memperkirakan bahwa proses yang sama akan terjadi tatkala
trasformasi mode produksi kapitalis secara rovolusioner menjadi komunis
terjadi. Namun gagasan revolusioner ini hanya akan muncul sebagai hasil dari
munculnya kesadaran kelas. Hal ini bisa terjadi jika kapitalisme berkembang
sebagai mode produksi. Menurut Marx evolusi kapitalisme hanya akan terjadi apa
bila ada eksploitasi terus menerus terhadap kelas pekerja. Sebagai akibatnya,
langkah-langkah yang diambil untuk meyakinkan adanya ‘kemajuan’ kapitalisme
sebagai sistem produktif, pada saat yang sama, akan menjamin tumbuhnya
benih-benih keruntuhannya sendiri. Demikian yang di akan terjadi menurut Marx.
Seperti yang sudah kita bicarakan panjang lebar diatas, bahwa
kapitalisme sudah di bangun sebelum perkembangan industri. Tapi dengan rovolusi
industri yang merepresentasikan kemajuan bagi kapitalisme. Sejak saat itu
produksi industrial melahirkan pemukiman-pemukiman yang besar serta kumuh di
perkotaan. Tatkala kapitalisme berkembang sebagai mode produksi, eksploitasi
meningkat pula. Ketika hal ini terjadi, kesadaran kelas milai menggantikan
kesadaran semu (jones: 2003).
Seperti yang juga telah kita bahas panjang lebar di atas bahwa produksi
kapitalis tergantung pada akumulasi model. Kaum kapitalis mengakumulasikan modelnya degan meningkatkan hasil penjualan
barang-barang yang diproduksi, sementara pada saat yang sama menurunkan biaya
produksi. Akibatnya menurut menurut Marx ada dua hal yang terjadi. Pertama kapitalis yang lebih kecil yang
kekuranagn modal untuk membeli mesin-mesin baru, mereka tidak akan bisa
bersaing dengan kapitalis yang memiliki modal besar. Kedua, pengangguran akan meningkat di kalangan proletar, akibat
produksi kapitalis mengantikan tenaga kerja manual dengan mesin-mesin.
Selanjutnya marx mengatakan, ketika kaum proletar semakin miskin,
mereka mendorong kesadaran kelas. Jadi, kaum proletar ditransformasikan dari
kelas fakta menjadi kelas pemikir. Ketika kesadaran kelas ini mencapai
puncaknya, kaum proletar bangkit dan meruntuhkan kapitalisme, mengambil alih
sarana produksi dan aparatur negara, sama seperti apa yang dilakaukan oleh kaum
kapitalis ketika merebut dari feodalsime.
Menurut marx, revolusi ini merupakan revolusi final dalam suatu
masyarakat yang tidak akan ada kelas pengeksploitasi baru.
Ideologi
Hal yang sangat menonjol dalam pandangan Marxis terhadap dunia gagasan adalah perhatiannya kepada
hakikkat ideologi. Dalam pandangan Marx ideologi adalah sistem keyakinan:
·
Melegetimasi sistem produksi berbasis kelas yang
seolah-olah benar dan adil.
·
Mengaburkan ealitas atas konsekuensi dari
kesadaran orang.
Dalam pndangan Marxis gagasan, keyakinan dan nilai-nilai dalam suatu
masyarakat kelas tidak hadir secara kebetulan. Gagasan, keyakinan dan
nilai-nilai itu bertindak sebagai ideologi, memelihara strukture yang ada,
tanpa adanya dukungan ideologi struktur akan runtuh
Kelas dominan melakukan penguasaan atas kelas bawah menggunakan
ideologi. Masyarakat kelas dominan melakukan rekayasa terhadap proletar hingga
tanpa di sadari, mereka rela mendukung kelas dominan (borjuis).
Dalam pandangan Marxis, golongan dominan kerap kali menerapkan
pemaksaan untuk mempertahankan kekuasaan dan supremasinya, namun bukan berarti
tanpa pemaksaan itu ekploitasi tidak ada. Selanjutnya kaum marxis berpendapat,
kurangnya pemaksaan terang-tenrangan tidak berarti pihak oposisi meingkat,
sehingga untuk membuat pihak subordinat patuh dan tunduk tidak harus
menggunakan kekuatan paksaan, yang terjadi adalah pihak dominasi tidak menyadari kondisi mereka
karena efektifnya ideologi yang di sosialisasikan kepada mereka.
Institusi
Marxis mengolongkan institusi ini menjadi dalam dua bagian yang cukup
mendasar, selain institusi ekonomi yakni keluarga dan pendidikan.
Keluarga
Kebanyakan analisis marxis menaruh perhatian besar pada cara dimana
keluarga cenderung mendorong dan mereproduksi hubunganhirarki yang tidak
egaliter, yang bertindak sebagai kutub pengaman, meredam rasa kurang senang,
sehingga keluarga kehilangan isi revolusioner. Dengan menyediakan tempat dimana
anak-anak di konsepsikan, dilahirkan, dan dibesarkan dengan aman, keluarga
sebenarnya menyiapkan tenaga kerja untuk masa depan. Pada saat yang sama,
dengan menawarkan pusat relaksasi, rekresi, pnyegaran dan istirahat, keluarga
membantu untuk meyakinkanbahwa kekuatan tenaga kerja masa kini kembali bekerja
setiap hari dengan kapasitas untuk bekerja diperbaharui dan di perkuat. Inilah
yang dimaksud ketika dikatakan bahwa keluarga mereproduksi tenaga kerja atas
dasar generasi selain keseharian.
Pendidikan
Kaum Marxis mempercayai, Pendidikan haruslah
berorientasi kepada pengenalan realitas diri manusia dan dirinya sendiri.
Pengenalan itu tidak cukup hanya bersifat obyektif atau subyektif, tapi harus
kedua-duanya. Kebutuhan obyektif untuk merubah keadaan yang tidak manusiawi
selalu memerlukan kemampuan subyektif (kesadaran subyektif) untuk mengenali
terlebih dahulu keadaan yang tidak manusiawi, yang terjadi senyatanya, yang
obyektif. Obyektivitas dan subyektivitas dalam
pengertian ini menjadi dua hal yang tidak saling bertentangan, bukan
suatu dikotomi dalam pengertian psikologis.
Kesadaran subyektif dan kemampuan obyektif adalah suatu
fungsi dialektis yang ajeg (constant) dalam diri manusia dalam hubungannya
dengan kenyataan yang saling bertentangan yang harus dipahaminya. Memandang
kedua fungsi ini tanpa dialektika semacam itu bisa menjebak kita ke dalam
kerancuan berfikir. Obyektivitas pada pengertian si penindas bisa saja berarti subyektivitas pada
pengertian si tertindas, dan sebaliknya. Jadi hubungan dialektis tersebut tidak
berarti persoalan mana yang lebih benar atau yang lebih salah.
Sistem pendidikan yang pernah ada dan mapan selama ini
dapat diandaikan sebagai sebuah “bank” (banking concept of education) di mana
pelajar diberi ilmu pengetahuan agar ia kelak dapat mendatangkan hasil dengan
lipat ganda. Jadi, anak didik adalah obyek investasi dan sumber deposito
petensial. Mereka tidak berbeda dengan komoditi ekonomis lainnya yang lazim
dikenal. Depositor atau investornya adalah para guru yang mewakili
lembaga-lembaga kemasyarakatan mapan dan berkuasa, sementara depositonya adalah
berupa ilmu pengetahuan yang diajarkan
kepada anak didik
Freire percaya bahwa tugas utama pendidikan sistematis adalah
reproduksi ideologi kelas dominan, reproduksi kondisi-kondisi untuk memelihara
kekuasaan mereka, namun tepatnya karena hubungan antara pendidikan sistematis,
sebagai suatu subsistem dengan sistem sosial, merupakan hubungan pertentangan
dan kontradiksi timbal balik.
Dalam pandangan marxis kehidupan keluarga dan sekolah hanya menguntungkan
kapitalisme dapat secara absah, kedua fungsi di atas hanya sebagai fungsi
institusi-institusi tersebut dalam memenuhi kebutuhan kapitalisme. Di sini
marxis bukan berarti menolak institusi keluarga dan pendidikan, akan tetapi
marx meyakini kedua institusi di atas hanya di jadikan sebagai memenuhi topeng
kapitalis yang seolah-oleh tampak baik, padahal kedua institusi tersebut telah
di gunakan oleh kapitalisme untuk menyokong kebutuhan para kaum kapitalis itu
sendiri. Mereka memberi pendidikan, kemudian orang-orang yang telah terdidik
tersebut di pekerjakan dengan murah, mereka banyak melakukan kontrak pendidikan
dengan yang di didik.
III:
PENUTUP
RANGKUMAN
Meski banyak upaya yang dilancarkan oleh pemikiran seperti neo-marxis,
kapitalis nampaknya tidak teramcam. Namun, tidaklah berarti bahwa teori marxis
merupakan teori yang buruk tentang kapitalis. Hanya karena teori marxis ingin
menjadi teori tindakan politik makan tidaklah berarti teori ini keliru sebagi
teori ekonomi politik.
Marx terkenal karena analisis nya di bidang sejarah yang dikemukakannya
di kalimat pembuka pada buku Communist
Manifesto (1848): “ Sejarah dari berbagai masyarakat hingga saat ini pada
dasarnya adalah sejarah tentang pertentangan kelas”.
Marx percaya bahwa kapitalisme yang ada akan digantikan dengan
komunisme, masyarakat tanpa kelas setelah beberapa periode dari sosialisme
radikal yang menjadikan negara sebagai revolusi keditaktoran proletariat (kaum
paling bawah di negara Romawi). Marxisme terlahir dari perlawanan dan
perjuangan kelas buruh melawan sistem kapitalis, dan juga mewujudkan obsesi
kemenangan gerakan sosialis. itu adalah dasar pijakan muncul gerakan ini, namun
teori awal tujuan gerakan Marxisme tidak sesuai dengan realita dan cita Marx
sesungguahnya.
Terdapat lima macam sistem produksi, empat macam telah muncul
bergantian dalam masyarakat manusia. Sistem kelima diramalkan akan muncul pada
hari esok yang dekat, dan sekarang sudah mulai terbentuk; (1) Sistem komunisme
primitif, (2) Sistem produksi kuno yang didasarkan atas perbudakan, (3)
Tingkatan dimana kelompok-kelompok feodal menguasasi penduduk-penduduk, (4)
Timbullah sistem borjuis atau kapitalis dengan meningkatnya perdagangan,
penciptaan dan pembagian pekerjaan, sistem pabrik menimbulkan industrialis
kapitalis, yang memiliki dan mengontrol alat-alat produksi, (5) Masyarakat
tanpa kelas atau komunisme murni.
Pikiran dasar materialisme historis adalah arah yang ditempuh sejarah
sama sekali ditentukan atau dideterminasi oleh perkembangan sarana-sarana
produksi yang materiil. Jika sebagai contoh kita memilih pengolahan tanah, maka
perkembangan sarana produksi adalah; tugal, pacul, bajak, mesin. Biarpun
sarana-sarana produksi merupakan buah hasil pekerjaan manusia, tetapi sejarah
tidak tergantung pada kehendak manusia. Menurut pendapat Marx manusia memang
mengadakan sejarahnya, tetapi ia tidak bebas dalam mengadakan sejarahnya.
sebagaimana juga materi sendiri, sejarahpun dideterminasi secara dialektis
bukan secara mekanistis.
RUJUKAN
Bottomore, T.
And Rubel,M. Karl Marx: selected writing.
Penguins. 1963.
Elster, Jon. Making sence of marx. Cambridge
University Press. 1995.
-------------
An Introduction to Karl Marx.
Cambridge University Press. 1986.
Jones, Pip. Introducing Social Theory. 2003.
McLellan,
David. Karl Marx: his life thought.
Macmillan. 1973.
-------------------.The Thought of Karl Marx. Macmillan.
1980.
Worsley,
Peter. Marx and Marxism. Tavistick.
1982.
Freire,Paulo.1986.
Pedagogy of The Oppressed. New
York:Praeger.
#Semoga Bermanfaat#
Tidak ada komentar:
Posting Komentar